Kembali Pulang Palembang #2 Sudah Haruskah Palembang Mengadakan Trans Palembang?

Jika di edisi pertama yang dibahas adalah masalah pedestrian yang ada di Kota Palembang, maka pada edisi ini akan dilihat mengenai transportasi di Palembang terutama angkutan publik. Selamat membaca 🙂

Transportasi umum di Palembang akan sangat jauh berbeda jika kita bandingkan dengan transportasi umum di kota-kota di Jawa (kecuali Jakata dan sekitarnya). Memang ada satu kesamaan yaitu ugal-ugalan demi kejar setoran. Namun ada yang menarik, yaitu di angkutan umum di Palembang kita akan mendapat hiburan musik dari radio yang dipasang di dalam angkutan umum (walau hal ini sempat ditentang oleh banyak pihak karena dapat merusak fungsi pendengaran, yang sudah dilakukan penelitiannya). Namun aku ga’ akan membahas masalah ugal-ugalannya sopir bus, atau yang sejenisnya. Disini aku akan coba mengkaitkannya dengan pembuatan sistem mass rapid transport yang lebih baik lagi.

Jika kita lihat, jumlah angkutan umum terutama bus kota yang beroperasi di Palembang sudah sangat banyak. Aku memang ga’ mendapatkan perbandingan antara jumlah bus kota dengan penumpangnya. Namun dari pengamatan yang aku lakukan, lebih banyak jumlah bus kota dengan penumpang yang mengakibatkan banyaknya bus kota yang tidak terisi penuh. Memang pada saat-saat sibuk (peak hours) akan didapati bus kota dalam keadaan penuh, namun itu hanya terjadi dalam beberapa jam saja. Selebihnya banyak yang kosong. Jumlah bus kota yang lebih banyak dari jumlah penumpang ini mengakibatkan para sopir sering ugal-ugalan dan nge-tem (menunggu penumpang) demi mendapatkan penumpang dan mengejar setoran. Tidak jarang waktu untuk nge-tem akan lebih lama dibandingkan waktu tempuh dari satu tempat ke tempat lainnya dalam kondisi normal tanpa nge-tem.

Aku rasa sudah seharusnya pemerintah Kota Palembang mulai membenahi sitem transportasi ini. Pembangunan mass rapid transport seperti busway yang telah dilakukan di Jakarta, Bogor, dan Jogja dapat menjadi pilihan. Dengan sistem busway maka tidak akan ada lagi sopir yang ugal-ugalan dan nge-tem demi kejar setoran karena berapapun penumpang yang didapat mereka akan tetap dibayar sama dengan sitem gaji bulanan. Tidak ada lagi banyak waktu yang terbuang karena sistem busway menerapkan ketepatan waktu. Tidak ada lagi rasa panas dan banyaknya copet karena busway mengutamakan kenyamanan dan keamanan. Tidak ada lagi pemandangan halte terpanjang di dunia (karena bebas berhenti dimana saja) karena busway dirancang hanya dapat dibuka pintunya di halte khusus dengan ketinggian pintu dari jalan yang tinggi. Pokoknya dengan busway akan didapat rasa nyaman dalam bertransportasi dengan kendaraan umum serasa kendaraan pribadi.

Memang akan banyak hambatan dalam pelaksanaannya. Seperti para sopir yang akan mengeluhkan hilangnya pendapatan, berkurangnya trayek angkutan yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan, ongkos yang akan dibayarkan akan lebih mahal, jalanan yang menjadi lebih sempit karena dipotong untuk jalur busway, dan keluhan-keluhan lainnya. Untuk dua keluhan pertama sebenarnya bisa diatasi. Jika pemerintah Kota Palembang memang akan membangun busway, Pemkot Palembang dapat mengadakan semacam pembukaan lamaran untuk menjadi sopir busway kepada para sopir yang selama ini menyopiri bus kota. Pemkot Palembang juga dapat melakukan sistem 2 banding 1 (yang diterapkan di Jogja) dimana 2 bus kota yang tidak layak pakai akan diganti dengan 1 busway. Jika busway dibangun tapi bus kota yang ada tidak dikurangi maka jalanan akan tetap ramai bus kota. Penerapan sistem 2 banding 1 ini juga dapat membuat operator bus kota yang ada selama ini akan meningkatkan pelayananannya terutama pada kelayakan bus kota mereka karena jika tidak dilakukan maka bus kota yang tidak layak akan diganti busway. Lalu masih banyak pekerjaan yang akan dibuka jika busway diterapkan seperti pramugari-pramugara di dalam busway (seperti di pesawat), penjaga loket halte, satpam halte dan juga pengatur lalu-lintas disekitar halte, sampai pada staff operasional di kantor pengelola. Jika selama ini sopir tidak tentu penghasilannya karena minimnya penumpang maka dengan menjadi sopir busway mereka akan merasa lebih tenang karena mereka akan di gaji bulanan layaknya pegawai yang tidak tergantung jumlah penumpang yang mereka dapat.

Untuk keluhana kedua dimana jalanan akan dipotong untuk jalur busway, sebenarnya tidak harus dilakukan. Jalanan di Palembang terbilang tidak terlalu lebar. Maka jika harus dipotong untuk jalur busway yang ada adalah menambah kemacetan. Busway tetap bisa jalan berbarengan dengan kendaraan lainnya, yang terpenting adalah ketepatan waktu sampai di halte. Pola seperti ini juga dilakukan di Jogja dimana Trans Jogja berbaur dengan kendaraan lain, namun tetap tepat waktu. Masalah ketepatan waktu harus diperhitungkan dengan cermat berdasarkan banyak aspek. Kalopun ongkos yang akan dibebankan kepada penumpang akan lebih mahal, aku rasa itu wajar. Dengan semua kelebihan busway maka sangat wajar jika kita dibebankan biaya yang mahal. Bisa dibilang kalau bus kota yang ada selama ini adalah kereta ekonomi, maka busway adalah kereta eksekutif. So wajar kan kalau ongkosnya lebih mahal.

Tulisan diatas hanyalah pandangan dari aku. Silahkan kalian jawab sendiri sudah perlukah Palembang membuat Busway? Untuk Pemkot Palembang juga silahkan dipertimbangkan ide ini. Jangan sampai kondisi angkutan umum di Palembang sudah sangat kacau baru memikirkan pembenahan sistem angkutan umum. Jangan sampai semuanya menjadi terlambat.

Categories: Jelajah Nusantara, Kota Kita | Leave a comment

Post navigation

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.